Catatan

Tunjukkan catatan dari Disember, 2009

At Tarbiyah Adz Dzatiyah (Membina Integritas Diri)

Tabiat dakwah ini berkembang dan menyebar ke berbagai pelosok alam semesta. Karena misi dakwah ini adalah menyebarkan rahmat bagi dunia untuk seluruh umat manusia (Al Anbiya: 107). Dengan begitu dakwah menjadi hak semua orang agar mereka meraih hidayah Allah SWT. Amatlah pantas semua kalangan mendapatkan nikmat dakwah. Atau paling tidak, semua manusia dapat merasakan rahmatnya ajaran ini. Akan tetapi kondisi semacam itu akan sangat dipengaruhi oleh kualitas kepribadian para penyeru dan aktivis dakwah. Aktivis dakwah yang dapat memandu ajaran ini agar berkembang dan tersebar luas ke segenap pelosok bumi adalah mereka yang mampu meningkatkan integritas dirinya. Peningkatan diri kader dakwah selaras dengan berkembangnya dakwah yang menjadi tugas dan tanggung jawab mereka. Pengembangan dan peningkatan integritas diri bagi aktivis dakwah dikenal dengan sebutan Tarbiyah Dzatiyah (Pembinaan Integritas diri) Kemampuan tarbiyah dzatiyah setiap kader akan menjadikan mereka mempunyai daya tah

BERDOA DALAM BENTUK CELAAN... APAKAH DIBOLEHKAN ?

Salam perjuangan kepada semua... Seminggu dua ini isu samada boleh atau tidak berdoa dalam bentuk cercaan dan celaan telah menghiasi akhbar dan media elektronik kita. Ianya menjadikan kita tertanya-tanya apakah solusi Islam dalam perkara ini. Di sini, dipetik satu pandangan yang membolehkannya berdasarkan beberapa sandaran untuk menjadi renungan kita bersama. PERTAMA; Di awal dakwah, nabi SAW naik atas bukit safa, lalu berucap di atas bukit tersebut untuk menyampaikan kandungan dakwah nabi SAW. Di saat itu, Abu lahab marah dengan dakwah nabi SAW, menyebabkan beliau telah mengambil batu dan membaling ke arah nabi SAW. Tindakan Abu Lahab tersebut dibenci oleh Allah, menyebabkan Allah menurunkan firman-Nya; تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ Maksudnya; "celakalah kedua tangan abu Lahab, dan sememangnya Abu lahab adalah celaka" (Surah Al-lahab : 1) KEDUA: Firman Allah; وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أُولَئِكَ يُعْرَضُونَ عَلَى رَبِّهِمْ وَيَقُولُ الْأَشْهَ

Ada apa dengan USRAH?

Prof Dr. Taufik Yusuf al-Wa’iy di dalam bukunya Al-Quduratu Adz-Dzihniyatu wadz Dzatiyatu lil Murobbi wad Da’iyati menjelaskan peranan sebagai seorang murabbi. Antara peranannya ialah berusaha dan berperanan dalam menjayakan agenda usrah dan berupaya merealisasikan rukun-rukun usrah. Di dalam tulisan tersebut, beliau menjelaskan manfaat-manfaat usrah. Antara manfaat-manfaat usrah ialah: Manfaat untuk pembentukan individu * Membantu membentuk keperibadian muslim sejati yang bersepadu dan holistik samada dari aspek akidah, pemikiran, keilmuan, perilaku, gerakan dan pengurusan. * Memberikan latihan aplikatif dalam menerapkan prinsip kebebasan berfikir dan mendengar pandangan orang lain serta tidak memandang rendah atau remeh pendapat orang lain. * Ia juga medium seorang muslim memperolehi latihan dan pembiasaan, mengimplementasikan makna ukhuwwah. * Ia juga mendidik setiap anggota agar berupaya melakukan tarbiyah dzatiyyah (pendidikan kendiri - self learning). * Ia juga berper

Shidqul Intima (Menjadi Anggota Jamaah Yang Sebenarnya)

1. Beza Jamaah Dengan Perkumpulan (Tajammu’) Tajammu’ : Berdiri dan bubar berdasarkan pendapat, kesenangan dan keinginan personal, Tidak ada nizham yang mengikatnya, Tidak ada pula kaidah-kaidah yang mengatur pergerakannya. Setiap orang memiliki pendapat dan kepribadiannya secara mandiri. Sedangkan jama’ah memiliki: Sistem dan manhaj hayah, Perancangan strategi, sasaran taktik, Nizham idari, struktur organisasi, dan jalur perintah (line of command), Perlembagaan (Laihah), dan perturan (qanun), Program dan instrumen kerja 2. Syahwat ataukah Syubhat? Beliau (Imam Al-Banna ) pun meminta Ikhwan untuk memperhatikan bahaya urusan ini dan akibatnya yang sangat fatal. Beliau juga menekankan pentingnya melakukan pengawasan terhadap barisan serta membersihkannya dari orang-orang lemah. Beliau berkata: “ Jika ada di tengah-tengah kamu orang yang sakit hatinya, cacat tujuannya, tersembunyi keinginannya, dan cacat masa lalunya, maka keluarkan

Kita (Ikhwan) dan Palestin

Sejak bermulanya dakwah Ikhwan, kita telah menyedari bahayanya perancangan Zionis untuk menakluk dan menjajah Negara Islam dan umatnya. Bersama kemunculan gerakan penentangan di Palestin pada awal tahun 30an Masihi pada kurun yang lalu, Ikhwan telah berdiri bersama-sama rakyat Palestin dengan menghulurkan bantuan kewangan sedaya mampu di samping bertungkus lumus memberi kesedaran tentang bahayanya ancaman zionis. Ketika perancangan melahirkan Negara haram zionis mula dilaksanakan, katibah-katibah Ikhwan berbodong-bondong turun ke bumi Palestin yang diberkati untuk mempertahankan kedaulatan Bangsa Arab, Agama Islam dan rakyat Palestin di bumi Palestin. Anggota-anggota Ikhwan telah melakarkan babak-babak perjuangan yang membanggakan bersama rakyat Palestin menentang kemaraan penjajah. Semua itu telah disaksikan oleh para pemerhati dan ahli sejarah. Di saat sempurnanya konspirasi jahat untuk menduduki bumi Palestin, Imam asy-Syahid, pengasas jamaah Ikhwan telah mengorbankan hidupnya untuk

Perspektif Ats-Tsiqah Yang Perlu diMiliki Oleh Setiap Ikhwah

Imam Syahid berkata: “Yang saya maksud dengan tsiqah adalah rasa puasnya seorang prajurit atas komandannya dalam hal kemampuan dan keikhlasan; dengan kepuasan mendalam yang dapat menumbuhkan rasa cinta, penghargaan, penghormatan dan ketaatan”. Allah SWT berfirman: “Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (An Nisa:65) Pemimpin adalah sebahagian dari dakwah. Tiada dakwah tanpa kepemimpinan. Sikap saling mempercayai antara pemimpin dan yang dipimpin, menjadi kayu ukur yang menentukan kekuatan sistem jamaah, kemantapan gerak langkah, kejayaan mencapai tujuan serta kemampuan mengatasi pelbagai rintangan yang menghalang.. “Maka lebih utama bagi mereka ketaatan dan perkataan yang baik” (Muhammad: 21). Kepemimpinan –dalam dakwah Ikhwan—memiliki hak